Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Download Ebook Novel Olivia Sang Pecahan Jiwa -Deforselina

Dengan lemas, Olivia terduduk di tangga aItar sambil meremas surat itu. Dengan berangasan dihapusnya genangan airmata di sudut matanya. Dia tidak ingin adik-adik yang sangat dicintainya melihat beliau terpuruk menyerupai ini. 

Digenggamnya tangan Tamara, sahabatnya sambil menyelipkan kertas itu ke dalam tangan Tamara. Ditariknya napas panjang dan dihembuskannya perlahan. Olivia berdiri dan memasang senyum yang paling natural yang beliau bisa. 

”Liv...” bisik Tamara di belakangnya. Olivia mengangkat tangannya meminta pengertian Tamara. Kemudian beliau berjalan menghampiri keempat adiknya yang berdiri di pintu gereja. 

"Guys, ayo kita pulang!” 

”Tapi kak... Bang Lukas belum datang! Pernikahannya juga belum mulai,” ujar Noel Andreas, adiknya yang pertama. Andalannya, tangan kanannya. 

”Kakak tetapkan tidak jadi menikah dengannya,” jawab Olivia pelan sambil meraih tangan Virginia Diandra, adik bungsunya. 

”Kenapa Kak? Bang Lukas takut ya?” tanya Leo Naftali, adiknya yang kedua dengan wajah marah. Si Pemarah, julukannya. 

”Bukan alasannya ialah itu. Kakak menelepon Bang Lukas dan bilang Kakak takut untuk bertemu keluarganya. Kaprikornus Kakak tetapkan untuk membatalkan ijab kabul kami dan Kakak ingin bersama kalian terus.” Olivia berusaha menggiring adik-adiknya ke lapangan parkir. 
"Apakah alasannya ialah kami? Lukas mundur alasannya ialah kami?!” Alexander Nathanael, si 'peramal’ menduga dengan sangat tepat. Adiknya yang nomor tiga ini tidak pernah menyukai Lukas. Alex bahkan tidak pernah mau memanggil Lukas dengan sebutan Abang. 

“Bukan, Sayang. Kakak lebih menyayangi kalian berempat dibanding Lukas,” jawab Olivia sambil mengelus kepala Alex yang kini lebih tinggi dari dirinya. 

”Lebih baik kita pulang kini ya," Suara Tamara menyadarkan mereka semua untuk bergerak menuju mobil. "Kak Livvy capek jadi nanti saja ceritanya ya." 



Sumber https://matakt.blogspot.com/